Malam ini aku baru saja pulang dari bandar lampung. Aku baru
saja melewati pengalaman yang sangat mengesankan disana. Saya bingung akan
memulai cerita ini darimana tapi saya rasa dari awal saja ya. Dalam rangka
olimpiade sains tingkat provinsi, saya dan lima belas teman saya dari smansa
metro pergi berjuang untuk mengharumkan nama sekolah dan kota. Tadinya kami
berencana berangkat pukul setengah tiga, tapi ya biasa namanya orang indonesia,
jadwal molor hingga kami berangkat pukul tiga sore bahkan lebih.
Ini adalah hari yang sangat saya tunggu – tunggu.
Persiapan
telah saya lakukan dengan maksimal. Ketika saya tiba di sekolah, saya lihat
teman teman sudah ramai berkumpul di sekolah. Namun kami masih harus menunggu
lebih lama karena Pak Agus belum tiba. Sebelum berangkat, saya dan kawan kawan
dikumpulkan di lobi. Seperti yang sudah kami tebak, kami diberi uang saku ya
lumayan meski hanya seratus lima puluh ribu rupiah.
Kami terbagi menjadi tiga karena sekolah menyediakan tiga
mobil untuk mengantarkan kami ke tujuan. Saya sangat menikmati perjalanan saya.
Saya duduk di pojok belakang sebelah kiri. Dalam mobil yang sama juga ada
fadil, yusuf, angga, abi, dan anton serta sopir kami Pak Agus. Mobil yang kami
tumpangi adalah mobil milik Pak Agus. Selain menggunakan mobil Pak Agus, teman
saya yang lain menggunakan mobil milik Pak Debi dan Pak Arif.
Saya tahu perjalanan
akan panjang maka dari itu saya sangat menghindari muntah dengan membuka jendela
mobil sebelah kiri belakang ya sekaligus melihat-lihat pemandangan dan
menghirup udara dari luar mobil. Ketika mobil baru keluar dari gerbang, fadil
dan yusuf langsung membuka makanan ringan yang telah mereka persiapkan
sebelumnya. Ada permen, keripik dan lainnya.
Ketika jalan yang
ditempuh sudah cukup jauh, pak agus menawarkan kami untuk makan di sebuah rumah
makan padang namanya Puti Minang. Kami pun tak menyia-nyiakanya. Ternyata kawan
-kawan yang lain sudah stand by disana. Namun sebelum makan, Anton mengingatkan
kami bahwa kami belum shalat. Untung saja disana juga menyediakan tempat khusus
untuk shalat. Meskipun tidak terlalu besar. Anak laki banyak yang lebih memilih
untuk shalat terlebih dahulu sebelum makan kecuali Fadil dan Abi. Mereka berdua
solat setelah menghabiskan makanannya.
Ada banyak lauk yang
disediakan tapi saya mengambil lauk terdekat yaitu ayam. Sangat nikmat rasanya.
Perjalanan kembali dilanjutkan. Tak berapa lama kami tiba di Wisma Haji, tempat
penginapan teman-teman. Semua peserta menginap di sini kecuali peserta matematika
dan fisika. Meski tidak menginap disana, saya, Fadil dan teman teman fisika,
Reno dan Tenisa menyempatkan diri untuk melihat-lihat kondisi disana. Ternyata
sangat mengkhawatirkan.
Saya dan Fadil yang tadinya ingin bergabung dengan mereka
akhirnya mengurungkan niat kami. Untuk mandi saja, disana harus mengantri
bahkan kata teman-teman yang disana mereka mandi pukul tiga subuh karena takut
tak mendapat giliran. Kondisi tempat tidur pun tak jauh berbeda. Tak ada AC
yang mendinginkan ruangan. Kasur mereka adalah kasur bertingkat dua yang
kayunya sudah mulai rapuh. Kasihan mereka yang menginap disana.
Kami yang mengikuti OSP dari smansa tahun ini ada 16 siswa
yang terbagi menjadi 8 mata pelajaran. Dari Matematika ada saya dan Fadil.
Fisika Reno dan Tenisa, sementara kimia Rosa dan Anton. Biologi diikuti Abi dan
Nisa. Suci dan Nanda di Ekonomi Akuntansi sedang Angga dan Yusuf di Komputer.
Yang paling sedikit wakilnya adalah Astronomi hanya satu orang yaitu Anisa Rose
sementara yang paling banyak adalah Kebumian sebanyak tiga orang mereka Adi,
Asthina dan Andre. Ada sebelas anak kelas sebelas dan lima anak kelas sepuluh
atau sembilan laki-laki dan tujuh perempuan.
Rencananya akan diadakan pembukaan di SMA Al Kausar yang
berada tepat di depan Wisma Haji namun anak Mtk. Kami langsung menuju tempat
penginapan. Matematika di pesanggrahan ayu dan mereka di hotel krida.
Saya, Fadil dan Pak Agus kebingungan mencari lokasi
penginapan. Kami beberapa kali menanyai orang sekitar tapi banyak yang menjawab
tidak tahu. Kami berusaha mencari dengan melihat palang yang bertuliskan
pesanggrahan ayu tapi kami tak menemukannya. Pak Agus memutuskan untuk menelpon
Pak Debi yang mengetahui lokasinya tak juga membuahkan hasil. Pak agus akhirnya
kembali turun dari mobil dan bertanya pada orang sekitar. Katanya untuk
menemukan pesanggrahan ayu kita harus masuk ke dalam gang sempit. Ternyata
memang tak berpalang hanya ada tulisan kecil yang ditempel di tembk yang gelap.
Sekitar pukul 18:37 kami tiba setelah berputar putar sekian
lama. Kami langsung melakukan cek in dan menaruh tas kami di kamar nomor 10.
Kami lihat disana sudah ada teman-teman dari sekolah lain yang sudah menunggu. Dan
untungnya kami mendapat teman-teman yang baik seperti mereka dalam satu kamar.
Mereka dari sekolah sekolah yang berbeda semua. Ada dari Lampung Timur dan
satunya dari Lampung Utara. Mereka namanya Renal, M Rifky, Bayu dan Asnan.
Setelah menaruh tas, saya dan Fadil langsung melaksanakan
shalat maghrib. Betapa kagetnya kami ketika kami tahu bahwa tempat berwudhu
hanya ada satu dan itu ada di dalam kamar mandi tapi lebih parah lagi ketika
kami melihat tempat solat berjamaah hanya cukup untuk enam orang saja termasuk
imamnya. Sangat sempit bahkan di sekitar itu ada tumpukan meja dan sebuah
ruangan gelap berisi meja dan kursi. Terlihat sekali bahwa panitia seolah tidak
siap untuk menyelenggarakan.
Kami pikir ini sedikit lebih baik dari pada kami menginap di
Wisma Haji karena di kamar kami tersedia televisi dan AC dan juga kamar mandi yang bersih. Usai shalat,
kami bergabung dengan teman-teman kami di kamar. Kami mengobrol sedikit lalu
melanjutkannya sambil bermain kartu yang sengaja saya bawa dari rumah. Kami
sangat senang kebersamaan kami berenam semakin kuat.
Di kamar kami ada dua kasur yang sangat berbeda. Yang satu
sangat empuk sedangkan yang satunya lagi sangat keras . Terbesit di benak kami
bahwa siapa yang menjadi juara 1,2 dan 3 dialah yang berhak tidur di kasur yang
empuk. Semua pun setuju dan permainan cangkul pun dimulai. Permaian berjalan
sangat seru. Siapa yang dapat menyelesaikan permainan paling awal dia akan
mendapat nilai lima, yang kedua meraih nilai empat begitu seterusnya hingga
yang kalah tidak mendapat nilai sama sekali. Berkali-kali pemenang terus berganti
membuat pertandingan semakin memanas namun ditengah jalan pertandingan harus
dihentikan karena sudah masuk waktunya shalat Isya.
Setelah shalat, kami melanjutkan permainan kata mereka pertandingan tinggal menyisakan tiga kali
lagi namun saya menolak karena saya berada dalam posisi kalah meski akhirnya
saya menyetujuinya. Karena ingin merasakan tidur di kasur yang lebih enak, saya
harus bisa memenangkan tiga pertandingan sisa. Itu terwujud di dua permainan
dan tinggal menyisakan satu pertandingan penentuan. Saya harus meraih nilai
minimal tiga untuk memastikan tidur di bawah dan itu benar benar terwujud. Saya
mendapat nilai empat dan bisa tidur di bawah. Saya sangat senang dengan ini.
Karena hari sudah malam, kami bergegas tidur agar tidak
mengantuk saat olimpiade besok. Kami tidur kurang lebih pukul sepuluh malam. Keesokan
paginya saya terbangun pukul tiga subuh. Lantas mengambil air wudlu untuk shalat
malam. Setelah itu, teman saya Rifky yang bangun untuk shalat malam. Lalu kami
tidur kembali. Pagi harinya kami shalat subuh dan mandi secara bergantian.
Ketika waktu menunjukan pukul delapan, datang seorang bapak-bapak
yang meminta kami untuk bersiap-siap karena olimpiade akan segera dimulai.
Segera kami langsung menuju ke tempat olimpiade tepatnya di lantai dua. Kami mencari
tempat duduk masing-masing. Kebetulan saya mendapat tempat nomor 04 sedang Fadil
nomor 06. Setelah mendapat tempat duduk, kami masih harus menunggu cukup lama.
Entah apa yang ditunggu mungkin menunggu pengawas dari Dinas Provinsi Lampung
dan dari Jakarta. Setelah itu kami masih harus berlama-lama lagi karena kami
harus mengisi identitas pada kedua sisi lembar identitas yang disediakan. Saat
semuanya selesai barulah olimpiade dimulai.
Saya cukup deg-degan
tapi saya berusaha menghilangkannya dengan berzikir. Saya sedikit khawatir
setelah dengar dengar wakil-wakil dari Bandar Lampung pernah masuk OSN bahkan
ada yang pernah meraih medali perunggu. Sebenarnya ini tidak terlalu
berpengaruh sebab sistem yang digunakan adalah sistem passing grade bukan
sistem 3 besar dari setiap provinsi. Tapi tetap saja itu membuat saya
deg-degan.
Saat pengawas membagikan soal, awalnya saya agak kaget
karena tidak biasanya lembar soal agak tebal. Ternyata itu bukan hanya lembar
soal tapi juga lembar jawaban. Soal matematika tahun ini seperti tahun tahun
sebelumnya terdiri dari 20 soal isian singkat dan 5 soal esai dengan waktu yang diberikan tiga
setengah jam. Hingga waktu mengerjakan selesai, saya hanya menyelesaikan 10
soal isian singkat dan 3 atau 4 esai. Jawaban esai jauh lebih penting karena skor
maksimalnya adalah 7 sedangkan isian singkat hanya satu. Tapi meski begitu sya
tetap tidak meremehkan satu soalpun.
Tampaknya peluang saya intuk masuk ke tingkat Nasional cukup
berat karena saya hanya mengerjakan setengah lebih sedikit dari soal yang
disediakan. Namun saya tak hilang harapan, harapan itu pasti masih ada.
Setelah selesai mengerjakan soal, terjadi hal konyol. Renal,
teman sekamar dengan saya membawa lembar jawabannya hingga ke kamar tanpa ia
sadari. Setelah agak lama kami membicarakan soal yang sangat sulit kami
kerjakan, baru ia tersadar dan langsung berlari menuju lantai dua untuk
menyerahkan soalnya. Itu sangat konyol. Kami yang melihat kejadian ini langsung
tertawa terbahak – bahak. Sayang sekali tak lama setelah itu kami harus berpisah.
Baru saja semalam bertemu dengan teman – teman baru.
Tapi kami sudah harus
berpisah. Rasanya saya ingin berlama-lama disana bersama mereka tapi apalah
daya kami harus kembali ke sekolah masing masing. Rasanya ada hal besar yang
hilang ketika harus berpisah dengan mereka. Saya pasti akan sangat merindukan
kalian semua teman-teman baruku. Semoga saja kita bisa bertemu lagi lain waktu.