Friday 27 July 2012

Indonesia kebanjiran pemain dan klub dunia


Masih teringat ketika klub elite dari Inggris, Manchester United yang hampir meladeni timnas Indonesia 2 tahun lalu, gagal dengan alasan kondisi Indonesia yang tidak aman karena terjadi ledakan bom di beberapa wilayah pada saat itu. padahal persiapan sudah sangat matang, kecewa berat pastinya, karena hampir semua  warga Indonesia, bermimpi didatangi klub papan atas Eropa yang berkali-kali menyabet piala baik liga maupun di kompetesi Eropa, bermimpi bisa melihat aksi para bintang-bintangnya langsung, bukan lewat layar kaca lagi, namun semuanya pupus dalam waktu singkat.
Setalah LA Galaxi, klub dari benua Amerika datang dengan para bintangnya, Seperti David Beckham dan Donovan, mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia pada 30 November 2011 lalu, seolah-olah menjadi pancingan buat klub-klub Eropa untuk datang ke Indonesia, dan sebelumnya pada 4 September 2011 para mantan bintang klub AC. Milan juga datang dalam laga amal melawan Indonesia All Star, mantan pemain legenda top AC Milan seperti Nelson Dida, Alesandro Costacurta, Paolo Maldini, Franco Baresi, Cafu, Masimmo Taibi, Christian Panucci, Roberto Mussi, Giuseppe Favalli, Giuseppe Pancaro, Gigi Lentini, Angelo Carbone, Serginho, Daniele Massaro, George Weah, Roberto Lorenzini, Boban, Bierhoff dan lainnya.
Liverpool misalnya, klub Inggris tersebut rencananya akan berkunjung ke Indonesia untuk menyapa pendukungya yang berada di tanah air dengan menggelar pertandingan persahabatan dengan timnas Indonesia pada 9 Mei 2012 dan melawan klub asal Surabaya, Persebaya pada tanggal 12 Mei 2012 yang rencananya akan di helat di Gelora Bung Karno, namun dibatalkan dari pihak Liverpool dengan tidak mencantumkan alasannya pada surat (pembatalan). Setidaknya kita bangga karena klub dari Inggris tersebut sudah mau datang walaupun dibatalkan.
Kemudian klub dari Italia yang kepincut untuk datang ke Indonesia, Inter Milan, dalam rangkaian tur bertajuk FC Internaziale Indonesia tour2012, tim milik Massimo Moratti itu akan menggelar dua pertandingan yakni melawan liga selection pada tanggal 24 Mei 2012 serta melawan Indonesia selection pada tanggal 26 Mei 2012 di Stadion utama Gelora Bung Karno.
Indonesia kembali kedatangan tamu dari klub eropa, Valencia, salah satu klub elit di La Liga Spanyol dijadwalkan datang ke Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2012 dan melakukan pertandingan eksebisi dengan tim Indonesia Selection pada tanggal 4 Agustus 2012.
Sebagai salah satu klub yang bermain di La Liga Spanyol, Valencia dikenal sebagai tim kuda hitam yang kerap menyulitkan dua klub raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona. Musim kompetisi lalu mereka finish diurutan ketiga dibawah dua klub raksasa tersebut. Valencia juga dikenal mampu melahirkan pemain-pemain handal yang bermain di klub-klub elit dunia lainnya, contohnya David Villa di Barcelona dan David Silva di Manchester City, serta banyak memiliki pemain-pemain muda yang berbakat.
Berita kedatangan Valencia ini tentulah menjadi sesuatu yang menggembirakan. Bagaimana tidak, dibawah Pimpinan Djohar Arifin, PSSI telah banyak berkesempatan untuk melakukan uji coba bagi Timnas dengan beberapa klub elit dari berbagai negara. Inter Milan, La Galaxy dan rencananya Everton, dan Queen Park Rangers serta Valencia adalah klub-klub yang melakukan uji coba dengan timnas, kecuali QPR yang rencananya berujicoba dengan Persebaya Surabaya.
Pelatih/Pemain yang sudah datang
  • Pep Guardiola 
  • Jose Mourinho 
  • Vandersar
  • Rioferdinand

Banyaknya klub-klub dari negara lain yang datang ke Indonesia tentulah banyak berdampak positif, dari sisi pemain timnas, ini akan membuat mental mereka semakin baik, karena berhadapan dengan pemain-pemain yang sudah terkenal tentulah akan membuat mereka ingin menampilkan skill permainan yang baik pula, sehingga berdampak baik pula untuk tim nasional.
Bagi PSSI, kedatangan klub-klub dunia ini tentulah semakin menunjukkan bahwa PSSI semakin dikenal dan diakui oleh negara-negara lain, karena tentulah tim-tim tersebut tidak akan mau datang ke Indonesia jika Federasinya bermasalah dan tidak diakui FIFA.
Semoga ini awal manis bagi sepakbola Indonesia yang akhir-akhir ini banyak masalah yang tidak kunjung reda, dan berharap dengan datangnya banyak klub Eropa ke Indonesia bisa memberikan inspirasi bagi insan sepakbola tanah air agar lebih berprestasi.
Tur klub Eropa hanya cari duit?
Musim panas di Inggris kali ini mungkin lebih lembab dibandingkan biasanya, tapi tetap mengherankan melihat tidak ada satupun klub Liga Primer menghabiskan masa pra musim mereka di ‘rumah’ sendiri.

Pada 2011, 18 dari 20 klub papan atas Inggris memanfaatkan persiapan pra musim mereka dengan mengunjungi berbagai negara. Sementara tahun ini, pengumuman Fulham mengenai perjalanan mereka ke Jerman melengkapi daftar.

Sementara The Cottagers dan klub-klub seperti Norwich City dan Southampton menjalani pra musim, yang kini bisa dibilang sedikit membosankan, dengan melakoni dua atau tiga laga di Eropa Tengah, Manchester City, Manchester United, yang mengawali tur mereka ke Afrika Selatan Rabu (18/7), serta Chelsea tampil terdepan untuk mengunjungi ‘pasar-pasar penting’ di Asia dan Amerika Utara. Namun, mengapa klub-klub Liga Primer menghabiskan musim panas mereka dengan cara seperti ini?

Akar dari jawaban ini, tentu saja adalah, uang. Setelah Barclay meneruskan kontrak sponsor utama untuk Liga Primer sebesar £120 juta selama tiga tahun, atau kenaikan £13 juta setiap tahunnya, ini membuktikan bahwa liga Inggris merupakan ikan terbesar dalam kolam keuangan, dan keuntungan yang bisa diperoleh dari sana sangat besar.

“Mereka akan melihatnya murni sebagai taktik dari sudut pandang operasi bisnis mengenai ‘apa itu pasar berkembang?’ atau ‘pasar mana yang ingin kita masuki?’ dan mereka akan menggunakan tur ini sebagai alat pemasaran untuk mengakses pasar tertentu.”
“Manchester United sudah bepergian kemana-mana mulai dari Timur Jauh hingga Amerika Serikat, yang menjadi konsentrasi mereka selama beberapa tahun, dan itu bukan sekadar kebetulan. Tur itu adalah cara terbaik bagi mereka meluncurkan atau meluncurkan ulang produk yang anda bawa ke pasar tertentu, karena orang-orang bisa langsung melihatbrand itu secara langsung.”

Mengingat begitu banyaknya orang di seluruh penjuru dunia yang terpaku pada layar televisi, prospek menyediakan konteks jumpa temu untuk minat fanatik mereka sangatlah menggiurkan. Apakah itu kemitraan Manchester United dengan operator telekomunikasi di Pakistan atau hotel bertema Steven Gerrard di Indonesia, tidak ada industri yang tidak mau diasosiasikan dengan Liga Primer.

Jadi, misalnya, perjalanan ke Kuala Lumpur, yang merupakan tujuan Manchester City akhir Juli nanti adalah cara hebat bagi klub untuk menarik minat sponsor lokal baru guna mendapatkan promosi dan, pada akhirnya, dukungan jangka panjang.

Selain itu, ada juga pengaruh dari sponsor yang sudah ada. “Jika anda melihat Arsenal, mereka dijadwalkan mengunjungi Nigeria tahun ini. Emirates jelas merupakan sponsor utama mereka dan jika anda melihat petinggi Emirates, November lalu dia menjelaskan bahwa Cina dan Afrika merupakan pasar penting bagi mereka untuk mengembangkan rute mereka,” lanjut Raincock.

“Saya pikir mereka juga merupakan sponsor kunci, jadi mereka ikut ambil bagian dalam menentukan tujuan tur, dan tentu saja bagi Emirates, tur ke Afrika sama menggiurkannya bagi mereka seperti juga bagi Arsenal.”

“[Tapi] saya tetap ingin mengatakan bahwa alasan utama klub adalah untuk mengembangkan sponsor baru. Klub-klub besar ini, mereka membagi-bagi belahan bumi. Jadi Man United akan memiliki penyalur resmi ponsel di Asia, satu di Afrika, satu di Eropa dan seterusnya, jadi mereka benar-benar merambah seluruh belahan bumi dan menjual paket berbeda di daerah yang berbeda.”
 


Selain itu, tentu saja ada juga kesempatan untuk bertemu langsung dengan para suporter, yang setiap pekan menyaksikan pertandingan saat dini hari serta menghabiskan banyak uang untuk pernak-pernik dan TV berlangganan, dengan melakoni pertandingan serta tampil di depan publik sehingga mereka bisa bertemu idola-idola mereka. Liga Primer mungkin hanya mengikuti hatinya ketika melihat adanya kesempatan mengeruk untung pada waktu bersamaan, tapi setidaknya mereka memiliki hati.

Bukan itu saja, alasan lain mengapa banyak klub senang melakoni laga pra musim mereka di luar negeri adalah untuk mencari tambahan penonton. Karena ini merupakan laga persiapan, dan Inggris merupakan negara yang cukup kecil di mana kebanyakan orang akan datang untuk melihat tim-tim besar bermain di musim reguler, jumlah penonton di stadion tentunya rendah.

Jika Chelsea terbang ke AS, seperti yang sering mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir, mereka bisa mendatangkan 69 ribu fans dalam sebuah pertandingan di Seattle dan memberikan harga layaknya tiket musim reguler. Penonton yang senang akan mendongkrak saldo rekening, dan mungkin juga menginspirasi para pemain untuk melakoni pertandingan itu lebih serius.

Terkadang, keputusannya tidak melulu tentang melakukan hal baru melainkan tetap bersaing dengan para rival. Pelatih Arsenal Arsene Wenger sempat tidak mengacuhkan tur musim panas besar-besaran selama beberapa waktu sebelum akhirnya melakoni tur pra musim ke Asia pada 2011, dan The Gunners pun melakukan hal serupa tahun ini.

Pria Prancis itu mengatakan hal ini sebagai “kompromi”, tapi ketika klub London Utara harus bersaing dengan klub-klub dengan kondisi keuangan yang sangat pesat seperti City, United dan Chelsea, jika mereka gagal bersaing di luar musim reguler bisa jadi mereka juga akan gagal bersaing saat musim berlangsung.

“Jika anda melihat apa yang terjadi pada Arsenal, dan saya hanya berspekulasi di sini, saya pikir ini adalah pertarungan antara sisi komersil dan bermain,” ujar Raincock.

“Arsene Wenger tidak ingin membawa skuatnya terbang ke belahan dunia lain untuk melakoni pertandingan yang, menurut dirinya, tidak penting bagi perkembangan skuatnya. Namun, di sisi lain, anda memiliki tim komersil yang menuntut, ‘dengar, kita tertinggal dari Man United’ dan hal-hal seperti itu.”

“Saya pikir selama beberapa tahun terdapat pertarungan seperti itu, tapi pada akhirnya, saya rasa apa yang mereka lakukan untuk bisa meyakinkan Wenger, mereka perlu menunjukkan bahwa promosi seperti tur, dan pada akhirnya iklan komersil akan menang.”

“Mereka memang berisiko tertinggal dari klub-klub besar karena dari sinilah uang-uang itu berdatangan, yaitu pasar-pasar berkembang, dan klub-klub teratas Liga Primer berada dalam posisi yang bagus untuk mengambil keuntungan dari sana.”

“[Perjalanan ke Nigeria] dibatalkan karena alasan operasional ketimbang komersil, jadi tentu saja, ke depannya, saya pikir Arsenal akan tetap mengikuti apa yang dilakukan klub-klub besar lainnya.”

Jadi, Arsenal akan menghadapi skuat Roberto Mancini di stadion Bird’s Nest di Beijing 27 Juli mendatang, [bertepatan dengan] hari pertama Olimpiade London. Itu saja merupakan ujian mendebarkan untuk melihat kekuatan sepakbola, apakah pertandingan yang seharusnya tidak berarti apa-apa itu mampu bersaing secara rating atau akan tenggelam dari hingar-bingar Olimpiade. Melihat agresifnya pemasaran Liga Primer sepertinya [pertandingan itu] akan tetap menarik minat banyak orang.”

Memang, daya tarik liga itu sendiri bisa jadi telah menciptakan peluang bagi klub-klub yang lebih kecil untuk turut menikmati keuntungan. “Seperti juga aksi di tengah lapangan di Liga Primer, ada klub yang memiliki kekayaan lebih dan ada klub yang tidak memiliki itu,” cetus Raincock lagi.

“Orang-orang berbicara mengenai permainan Liga Primer dalam kecepatan gigi dua, tapi saya pun berpikir bahwa dalam hal iklan, ada dua sistem kecepatan besar di mana klub-klub besar telah mengamankan keuntungan ini.”

“Semuanya tergantung pada ‘bagaimana jangkauan anda?’. Jadi jika Manchester United dibandingkan dengan Swansea City, jangkauannya jelas sangat berbeda. Apa yang bisa dilakukan klub-klub kecil adalah memanfaatkan popularitas Liga Primer, karena Liga Primer sendiri merupakan brand global yang sangat besar.”
“Swansea memiliki sedikit pengaruh dalam pasar, tapi jelas mereka tidak bisa menyamai skala yang dimiliki klub-klub besar. Tapi, bagus jika mereka mau mencoba, karena mereka tengah mengidentifikasi peluang dan berupaya mengambil keuntungan dari sana.”

Mungkin kita melihat sedikit kerugian dari tur-tur ini. Semakin sering dan padat tur yang dijalankan akan mencuatkan kekhawatiran mengenai kondisi fisik pemain sebelum memulai kerja keras [di musim reguler], mengingat sejumlah laga digelar di tempat seperti Abu Dhabi dan Singapura yang kerap memiliki cuaca panas yang intens, belum lagi mengenai jam-jam panjang yang digunakan untuk bepergian bolak-balik.

Jika Community Shield tergoda untuk mengikuti apa yang dilakukan Piala Super Italia dan memindahkan laga ke luar negeri, efeknya akan terus menumpuk.

Namun, untuk saat ini, sisi positif dari tur pra musim sangat jauh melebihi sisi negatifnya bagi para klub elit Inggris. Karena itulah tempat-tempat latihan di Inggris akan berkurang 20 skuat dari biasanya selama beberapa pekan ke depan.
Comments
0 Comments

No comments: