Monday 11 June 2012

kerusakan lingkungan akibat ekonomi


Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.


Hubungan timbal balik yang kuat antara ketiga kategori dukungan yang disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Bila limbah dibuang ke lingkungan sampai batas tertentu,lingkungan masih mampu mengasimilasikannya dan mempertahankan kualitasnya. Apabila pembuangan limbah ke lingkungan terjadi terus menerus dan intensif, maka lingkungan akan kehilangan kemampuan asimilasinya, dan akan ada kelebihan limbah di lingkungan tempat kita hidup.

Populasi dunia sedang berkembang sekitar 1,5 persen setiap tahun, dan secara kasar bertambah 90 juta orang di dunia ini setiap tahunnya. Pada tahun 1990, populasi dunia telah berjumlah 5,3 milyar. Pada tahun 2025, penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 8,5 milyar. Pada saat itu petani akan memerlukan hasil tanaman padi 50 persen lebih banyak dibandingkan sekarang, dan itu hanya untuk memenuhi permintaan populasi saja.


Tetapi, pertumbuhan ini tidak seragam di seluruh dunia. Walaupun fakta dimana sumberdaya alam tidak bisa mendukung suatu populasi besar, namun lebih dari 90 persen pertumbuhan populasi dunia itu terjadi di negara-negara berkembang, dimana pertumbuhan rata-rata 2,3 persen. Afrika misalnya, ­laju pertumbuhan populasinya 3,0 persen per tahun.Sebagai hasilnya, sebagian besar dari sekitar 20 hingga 25 persen populasi dunia hidup di dalam “kemiskinan absolut” – didefinisikan dari pendapatan per kapita kurang dari 370 dollar per tahun – tinggal dalam ­negara-negara berkembang.

Kebutuhan untuk memperluas dukungan materi bagi perkembangan populasi dunia mengakibatkan masyarakat industri menempatkan permintaan terhadap lingkungan hidup alam untuk pertumbuhan serta stabilitas mereka yang berkelanjutan. Pengembangan di seluruh dunia memaksa permintaan yang signifikan atas pemenuhan dari sumberdaya alam – dengan demikian mengancam stabilitas dari ekosistem.



 Untuk mendukung kebutuhan populasi masa kini, banyak sumber-sumber daya alam yang sedang dieksploitasi sehingga akan menghalangi manfaatnya bagi generasi masa depan. Sebagai contoh, populasi dari banyak spesies ikan akan jatuh di bawah ukuran yang diperlukan untuk meyakinkan kesinambungan hidup mereka. Sementara itu, dengan mengetahui bahwa populasi ikan sudah semakin berkurang, orang akan meninggalkan ketergantungan pada ikan dan mencari-cari sumber lain untuk makanan dan mata pencaharian ekonomi.

Selain perusakan lingkungan hidup diakibatkan oleh pertumbuan populasi penduduk dan konsumsi yang berlebihan atas sumberdaya alam, masyarakat industri juga memberikan dampak perusakan lingkungan hidup lebih lanjut, yakni terhadap ekosistem melalui emisi dari hasil sampingan limbah dari materi yang digunakan serta dimanipulasi.


Ketika warga negara, wartawan, dan akademisi menjelaskan penyebab suatu perilaku (misalnya suatu perilaku yang merusak lingkungan hidup), maka pada umumnya mereka cenderung mengidentifikasikan satu penyebab yang spesifik. Penyebab spesifik itu pada umumnya ada pada satu tingkat analis yang juga spesifik (misalnya tingkat organisasi).



 McGill berpendapat bahwa individu itu berupaya untuk menjelaskan kejadian berbasis pada satu bentuk penyebab tunggal, bahkan ketika berbagai penyebab ganda jelas ada.


 Penulis berpendapat bahwa kondisi ini mengakibatkan kegagalan kebijakan ketika pembuat keputusan memfokuskan hanya pada satu faktor penentu dari perilaku yang merusak lingkungan hidup. Dalam bagian ini, penulis berpendapat tidak hanya untuk berbagai penyebab, tetapi juga untuk tingkat persimpangan anal­isis bagi pemahaman perilaku yang merusak lingkungan hidup. Penulis mulai dengan yang paling mikro – kognisi dari pembuat keputusan, kemudian pindah ke organisasi, dan akhirnya, kepada institusi dimana institusi itu akan mempengaruhi individu dan organisasi.

Inti pada perusakan lingkungan hidup adalah berjuta-juta keputusan yang dibuat oleh konsumen, para insinyur, agen pembangunan, eksekutif, pembuat keputusan kebijakan, dan lain-lain. Beberapa perusakan terjadi oleh karena egoisme. Beberapa pembuat keputusan merusak lingkungan hidup karena mereka tidak akan ambil pusing dengan generasi masa depan.



 Bagaimanapun, penulis percaya bahwa banyak degradasi dapat dilacak kepada kualitas yang buruk dari keputusan yang dibuat oleh individu tanpa perhatian pada suatu pengaruh parasitik terhadap lingkungan hidup. 


Penulis juga berpendapat bahwa orang sering gagal dalam membuat berbagai macam keputusan yang sistematis dan dapat diramalkan sehingga menuju pada perusakan lingkungan hidup. Penyimpangan ini, secara tipikal, terjadi tanpa kesadaran dari individu. 

Daly dan Cobb berpendapat bahwa manusia itu memperlakukan bumi “seolah-olah adalah suatu likuidasi di dalam bisnis,” dimana masa depan tidak dihargai. Orang bertumbuh dengan berlebihan, mengkonsumsi secara berlebih, dan melakukan polusi berlebih. Pelaku yang merusak lingkungan hidup ini membantah kepercayaan atau anggapan umum bahwa kita harus meninggalkan bumi dalam suasana baik untuk generasi masa depan. Mengapa ada perbedaan antara perilaku dan sikap? Penulis berpendapat perilaku umum kita adalah suatu hasil dari pengabaian yang berlebih tentang masa depan.



 Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa penggunaan sumberdaya alam untuk masa yang akan datang secara langsung berhubungan dengan imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam tersedia.
 Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang dan jasa maka akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam yang dapat mengakibatkan memburuknya kondisi lingkungan



Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.


Terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya sumberdaya alam di dalam bumi. Artinya kenaikan pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh menurunnya ketersediaan sumberdaya alam di bumi.Hal ini tidak lain karena proses eksploitasi Sumber Daya Alam akan membawa konsekuensi berkurangnya stok.


Terdapat hubungan positif antara pembangunan ekonomi dengan pencemaran lingkungan Fenomena ini umumnya terjadi di negara berkembang.


Peranan utama dari lingkungan sebagai pendukung kegiatan ekonomi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yakni sebagai penyedia bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi (limbah), dan Penyedia fasilitas.Adanya pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia berupa tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian dan di sisi lain memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya persediaan sumberdaya alam.


Pertentangan nyata ini telah mendorong banyak peneliti untuk melakukan penelitian tentang penyebab dan solusi bagi degradasi lingkungan hidup.
 Di dalam pandangan penulis, permasalahan lingkungan hidup bukan semata-mata masalah teknologi atau ekonomi, tetapi juga masalah tingkah laku dan budaya. Sementara itu teknologi dan kegiatan ekonomi mungkin saja menjadi penyebab perilaku yang merusak lingkungan hidup secara langsung. Adalah argumentasi penulis dimana ­kepercayaan-kepercayaan individual, norma-norma budaya dan institusi kemasyarakatan memandu pengembangan tingkah laku yang merusak lingkungan hidup. Pertanyaan dalam diri penulis, kemudian, harus mempertimbangkan bagaimana perilaku individual dan sosial membentuk persepsi mereka terhadap lingkungan hidup dan bagaimana mungkin individu, organisasi, dan nilai instrumental dapat mengabadikan perilaku yang merusakkan lingkungan hidup itu.



Pertumbuhan Populasi Manusia
Konsumsi Yang Berlebihan Atas Sumberdaya Alam
Sementara itu, kebutuhan pembangunan gedung-gedung juga menuntut pemenuhan berbagai bahan material seperti kayu, semen dan pasir yang diperoleh dari pengerukan sumberdaya alam yang berlebih, sehingga semakin mempertajam kerusakan lingkungan hidup alam.

Sebagian besar dari hasil polusi dunia adalah dari pemborosan sistem produksi, menghasilkan perusakan sumber-sumber daya alam yang berpengaruh pada merosotnya jaminan kesehatan manusia dan binatang, serta mahluk hidup non hewani lainnya, yang sebetulnya adalah populasi yang sedang dilayani. Di desa di dalam banyak negara berkembang, sebagai contoh, sedikitnya 170 juta orang kekurangan akses untuk membersihkan air untuk minuman, masakan, dan cucian.Penduduk di kota-kota seperti Bangkok, Beijing, Mexico City, dan Sao Paulo dipaksa untuk tinggal dan hidup di udara yang tidak cocok untuk bernafas.

Secara ringkas, kita mencari cara untuk menjelaskan kecenderungan perilaku yang merusak lingkungan hidup melalui kondisi kelebihan populasi penduduk, konsumsi yang berlebih atas sumberdaya alam dan pengotoran lingkungan hidup.

Sebuah Perspektif Perilaku Tentang Perilaku Merusak Lingkungan hidup
Perspektif Level Individual

Penelitian-penelitian tentang keputusan yang terkait dengan tingkah laku melihat individu ketika mencoba untuk bertindak secara rasional terombang-ambing di dalam kapasitas mereka untuk mencapai rasionalitas. 

 Penelitian tentang keputusan yang terkait dengan tingkah laku menyebabkan peneliti mampu untuk meramalkan, berdasar purbasangka, bagaimana orang akan membuat keputusan yang tidak konsisten, tidak efisien, dan berbasis pada informasi yang secara normatif tidak relevan

Lebih baru lagi, penelitian jenis ini telah mencoba menghubungkan penyimpangan keputusan dengan ­perilaku yang merusak lingkungan hidup. Sementara itu, banyak penyimpangan apapun didokumentasikan di dalam penelitian tentang keputusan yang terkait dengan tingkah laku dan hal ini akan mempunyai implikasi di dalam daya jangkau lingkungan hidup. Untuk itu, penulis, secara selektif meninjau penelitian tentang sejumlah penyimpangan spesifik yang dikaitkan pada perusakan lingkungan hidup. 

Bagian ini meninjau bukti tentang bagaimana penyimpangan berikut secara negatif mempengaruhi lingkungan hidup : (1) pengabaian berlebih tentang masa depan; (2) egosentrisme; (3) ilusi positif; (4) perebutan kepentingan; dan (5) kesalahan identifikasi isu.

Pengabaian Berlebih Tentang Masa Depan

Terdapat satu bidang ekstensif dari penelitian yang menunjukkan bahwa orang akan menggunakan sebanyak mungkin sumberdaya alam di dalam perilaku konsumsi mereka. Orang secara sembarangan akan menghambur-hamburkan energi secara tidak efisien, seperti pemakaian listrik secara berlebih, menebang kayu secara serampangan dan tidak legal, dan sebagainya. 

Penggunaan energi yang berlebihan dan tidak efisien tersebut merupakan pengabaian atau sebuah penyimpangan kognitif di level individual, masalah yang berhubungan dengan isu dari dilema dan pengabaian sosial antar generasi. Dilema sosial mengacu pada situasi bahwa adalah rasional untuk setiap entitas individual untuk menyeberang, – sementara semua pihak bisa menjadi lebih baik dengan perangkat perilaku yang lebih kooperatif.

 Pengabaian intergenerasi berarti bahwa orang mengabaikan masa depan karena mereka bisa mendapat manfaat saat ini, membuat beban generasi masa depan. Wade-Benzoni berpendapat bahwa pengabaian ini terjadi karena kerusakan yang diciptakan akan sering terjadi di masa datang. Penulis berpendapat bahwa pengabaian itu terjadi ketika sebuah proses kognitif membenarkan cara-cara peningkatan perilaku yang merusak lingkungan hidup.



1.                       Hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 85-86)

عَنْ أََبِى عَمْرِ وَبْنِ جُبَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: مَنْ سَنَّ      فِى اْلاِسْلاَمِ سُنّةً حَسَنَةً فَلَهُ اَجْرُهَا وَ اَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ  اُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ. وَمَنْ سَنَّ سُنّةً سَيِّأَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَاوَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَابَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ اَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ (رواه مسلم)
Artinya: dari Abi Amr Ibn Jubair Ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang berbuat baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahala dari perbuatan itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau meniru prakarsa itu setelahnya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang menirunya. Dan barang siapa berprakarsa yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa dari prakarsanya itu tanpa mengurangi dosa orang yang menirunya (HR.Muslim)
1.                       Penjelasan hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 86)
Hadits diatas menjelaskan bahwa siapa saja yang memprakarsai suatu perbuatan yang baik, seperti menciptakan suatu teori, metode, atau cara yang baik kemudian ditiru dan dilaksanakan oleh orang lain maka ia akan memperoleh pahala hasil prakarsa dan penemuannya itu serta pahala yang terus mengalir dari pahala-pahala orang yang menirunya dan melaksanakannya tanpa mengurangi pahala-pahala orang yang mengikutinya itu.
 Contohnya orang yang berusaha mengangkat kehidupan orang miskin dengan cara memberi pinjaman modal usaha kecil-kecilan. Bila usahanya sudah berjalan dan pinjamannya dapat dikembalikan dengan cara diangsur tanpa bunga, apabila perbuatan ini diikuti oleh orang lain, maka si pemrakarsa tadi akan mendapat dua pahala.
Begitu juga sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan, ia akan mendapat dua dosa dari perbuatan dirinya dan dari dosa orang yang menirunya. Contohnya orang yang mencari lahan pertanian dengan cara membakar hutan sehingga hutan menjadi gundul dan rusak, lalu perbuatannya itu ditiru orang lain, maka ia akan mendapat dua dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejaknya
1.                       Kesimpulan
1.   Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri
2.  Dampak negatif  kerusakan akan dirasakan manusia
3.  Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya.
4.  Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyakutukannya dengan sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi manusia sendiri.


Comments
0 Comments

No comments: