Wednesday 13 June 2012

Lisan Seorang Mujahid


Seorang mujahid dituntut untuk ksatria di hadapan musuh-musuhnya. Ksatriaan tersebut harus mereka tunjukkan baik dari fisik mereka, ketangkasan, visi, misi, bahkan hingga statemen-statemen yang keluar dari lisan mereka. Karenanya, jika kita melihat ke belakang panggung sejarah Islam yang gemilang, bahwa para shahabat dan para ulama salaf terdahulu adalah para mujahidin yang lisan mereka kerap kali meciutkan nyali musuh-musuh Islam dan membuat mereka gentar. Tentunya hal tersebut karena keikhlasan mereka dalam berjihad dan kesesuaian jihad mereka dengan sunnah-sunnah Rasul-Nya.

Lihatlah sahabat Bilal bin Rabah –radhiyallahu ‘anhu-, ketika disiksa oleh tuannya di padang pasir yang membakar dan membara, maka yang keluar dari lisannya adalah kalimat: ahad, ahad. Siapa yang tidak mengenal shahabat Umar bin Khaththab –radhiyallahu ‘anhu-, ketika para shahabat berhijrah ke Madinah dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kuffar Quraisy, tetapi justru beliau berhijrah secara terang-terangan.


 Dengan menenteng sebilah pedang di tangan kanannya, meletakkan busur  di pundaknya, dan memegang beberapa anak panah dengan tangan kirinya, beliau mendatangi Ka’bah, menemui tokoh-tokoh Quraisy dan tetua mereka, yang selalu mengintimidasi muslim Makkah saat itu.


Setelah Thawaf tujuh kali di Ka’bah, dan shalat dua raka’at di Maqam Ibrahim beliau mendatangi setiap orang dari mereka dan berkata; “Celakalah kalian, barang siapa yang ingin ibunya kehilangan anaknya, barang siapa yang ingin anaknya menjadi yatim, barang siapa yang ingin istrinya menjadi janda, kemarilah, hadapi aku disini, Umar menantang.” Tidak seorangpun dari pemuka atau kesatria Quraisy yang maju.


 Demikianlah Shahabat Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu- bercerita tentang hijrah Umar bin Khatab tersebut. Bahkan tidak sedikit, pekikan takbir yang digemakan oleh lisan-lisan para mujahidin di medan tempur membuat para musuh Islam (kuffar) ketakutan, ciut, dan gentar.


Karenanya, lisan seorang mujahid sangat penting. Pada satu sisi, ia mampu menciutkan nyali para musuh, membuat mereka gentar dan takut. Tapi di sisi yang lain, lisan seorang mujahid bisa berubah menjadi senjata penghancur massal bagi jama’ahnya, tanzhimnya, bahkan negaranya sekalipun. Untuk itu, seorang mujahid tidak boleh meremehkan perkara ini, mungkin ia kita anggap kecil dan remeh, tetapi sangat berharga bagi para musuh.
Comments
0 Comments

No comments: