Seorang anggota parlemen Iran mengatakan Amerika Serikat
dan sekutunya terutama Israel adalah sponsor utama terorisme di dunia.
"Perilaku intimidasi AS dan Eropa terhadap
negara-negara yang bertekad independen bukan rahasia umum bagi siapa pun di
dunia," kata Mousa Ghazanfarabadi.
Anggota parlemen Iran Komisi Yudisial itu mengemukakan
bahwa sikap standar ganda Amerika Serikat dan negara Barat lainnya berkaitan
dengan isu-isu global sudah diketahui oleh banyak orang.
"Mereka tidak peduli dengan pelanggaran hak asasi
manusia, dan membunuh orang di mana pun demi mempertaruhkan
kepentingannya," tegas Ghazanfarabadi.
"Ketika memperkenalkan Iran sebagai (negara) teroris
bagi dunia, AS sebenarnya sedang melancarkan hiperpropaganda untuk menutupi
kejahatan yang dilakukannya di seluruh penjuru dunia, " tambahnya.
Ghazanfarabadi menekankan bahwa Pentagon menyelenggarakan
program akademik cyberwar bagi pasukan militernya, yang sebenarnya merupakan
bagian dari pelatihan terorisme terhadap negara lain.
Pada bulan Juni lalu, Washington Post mempublikasikan
laporan bahwa AS bersama Israel menciptakan virus komputer Flame untuk
memata-matai Iran.
US National Security Agency, CIA dan militer Israel
bekerja sama untuk menciptakan virus Flame, tulis koran Amerika itu sebulan
lalu.
Dan Raviv dan Yossi Melman, baru-baru ini menulis buku
berjudul "Spies Against Armageddon: Inside Israel's Secret Wars" yang
membongkar keterlibatan langsung agen Israel dalam teror terhadap ilmuwan
nuklir Iran. Raviv dalam wawancara dengan televisi CNN mengungkapkan adanya
unit khusus di Mossad yang disiapkan untuk meneror ilmuwan nuklir Iran. Raviv
mengatakan, hingga kini Israel tidak pernah memilih jalan sanksi maupun perang
terbuka, apalagi dialog dengan Teheran. Namun Tel Aviv memilih melancarkan
operasi rahasia dan aksi teror terhadap Iran.
Wartawan CBS itu menegaskan bahwa agen spionase Israel
dan AS bekerja sama dalam melumpuhkan program nuklir sipil Iran. Selain aksi
teror terhadap ilmuwan Iran, mereka menyebarkan virus Stuxnet dan mengumpulkan
informasi intelejen berkaitan dengan perkembangan nuklir Iran dan ilmuwannya.
New York Times juga mengungkapkan bahwa Presiden Obama
diam-diam memerintahkan serangan cyber yang melibatkan virus komputer Stuxnet
terhadap Iran untuk menyabotase program energi nuklir negara itu.
"Barack Obama secara pribadi menurunkan instruksi
serangan cyber ke struktur sains dan industri Republik Islam Iran guna
menghentikan program nuklir Tehran. Serangan ini telah dimulai sejak mantan
Presiden George W. Bush berkuasa, namun ketika Obama memimpin AS serangan ini
kian gencar dan sejumlah sektor aktivitas nuklir Iran juga terkena
dampaknya," tulis New York Times.