Saturday, 18 February 2012

beberapa artikel kerusakan lingkungan akibat ekonomi


Kerusakan lingkungan akibat ekonomi
Hongkong, Kompas - Kerusakan lingkungan hidup kerap menjadi taruhan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Diperlukan kearifan para pemimpin negara agar pertumbuhan ekonomi tidak lagi didewa-dewakan sebagai penanda keberhasilan rezim.
Ronald Henkoff, Editor Bloomberg Market Magazine Amerika Serikat, melontarkan peringatan itu dalam diskusi bertajuk ”Dilema Lingkungan Hidup Asia” pada Konferensi Media Internasional, Senin (26/4) di kampus Universitas Hongkong, Hongkong, China. Konferensi bertema ”Melaporkan Realitas Baru di Asia-Pasifik” itu dihadiri 300 jurnalis se-Asia Pasifik.
Menurut Henkoff, krisis ekonomi yang menerpa Asia pada 1997 berdampak positif dengan bangkitnya raksasa-raksasa ekonomi baru Asia, seperti China dan India. ”Namun, keberhasilan sejumlah negara itu, dalam pengamatan saya, kurang diimbangi dengan kesuksesan mereka mengatasi sejumlah isu fundamental dalam negeri,” ujarnya.
Henkoff mendasarkan asumsinya itu berdasarkan pemantauannya terhadap kerusakan lingkungan di Malaysia dan India. Malaysia, tuturnya, membuktikan diri sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbaik di Asia Tenggara. Salah satu sandaran ekonomi negara kesultanan itu tak lain ekspor kelapa sawit. ”Tetapi, lahan kelapa sawit di Malaysia, tepatnya di Negara Bagian Serawak, dibikin dengan membabat hutan tropis di Pulau Borneo (Kalimantan). Itu jelas deforestation,” tambah Henkoff.
Pembabatan hutan untuk lahan perkebunan, seperti dilakukan Malaysia, menurut Henkoff, berkontribusi terhadap pemanasan global. Lebih celaka lagi, upaya kelompok kritis di Malaysia terhadap deforestation ini tidak ditanggapi positif. ”Justru yang saya dengar ada tekanan terhadap para aktivis itu karena ada kepemilikan dari unsur petinggi negara dalam bisnis tersebut,” tutur Henkoff lagi.
Henkoff menegaskan, ia tidak hendak mengklasifikasikan pertumbuhan ekonomi sebagai hal tabu. Akan tetapi, semata-mata mengimbau para pemimpin negara agar menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan upaya membuat kehidupan warganya sejahtera.
Mesin-mesin baru
Isu pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia menjadi salah satu bahasan penting dalam konferensi yang diadakan atas kerja sama East-West Center dan Universitas Hongkong itu. Editor Business Standard, India, Dr Sanjaya Baru, mengungkapkan, ekonomi dunia kini tak hanya digerakkan oleh satu-dua mesin.
”Mesin ekonomi dunia kini tak hanya Amerika Serikat dan Uni Eropa, tetapi juga mesin-mesin ekonomi baru seperti China di Asia dan Brasil di Amerika Selatan. Muncul pula Afrika Selatan di Afrika dan beberapa negara ASEAN,” kata Baru, yang juga mantan penasihat Perdana Menteri India Manmohan Singh. (Adi Prinantyo, dari Hongkong, China)
(Indonesia) Antara Pertumbuhan Ekonomi atau Kerusakan Lingkungan
Manusia tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban dalam memanfaatkan SDA, tetapi juga harus menjaga kelestarian serta kelangsungan dari lingkungan alam tersebut. Manusia juga harus membatasi tingkah laku mereka dalam memanfaatkan lingkungan alam agar lingkungan alam tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup manusia.
Kita memiliki upaya untuk mengelola SDA dan lingkungan hidup lebih baik. Kita memiliki harapan dan peluang yang cukup besar bahwa masalah lingkungan hidup yang makin rawan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Cukup kompleks masalah yang dihadapi negara berkembang seperti indonesia ini, misalnya masalah demografi, ekonomi dan sosial budaya yang akhirnya juga akan mempengaruhi keberadaan lingkungan alam.
Demografi, inilah salah satu penyebab hutan yang sedikit demi sedikit hilang dari pulau Jawa. Terkonsentrasinya pertumbuhan penduduk di tanah Jawa tentunya membutuhkan lahan permukiman bagi mereka yang tinggal di tanah yang subur ini. Tak hanya itu, dari aktivitas ekonomi juga berandil banyak dalam menciptakan kerusakan lingkungan hidup. Berdirinya pabrik-pabrik pengusaha dalam negeri sampai pabrik relokasi milik pengusaha asingpun juga ikut menambah sesaknya udara dengan polusi udara. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar yang cenderung masih berladang dengan cara membuka atau menebang hutan dan menjadikannya ladang baru juga ikut serta dalam menambah penyebab kerusakan lingkungan alam.
Tak benar juga jika kita selalu menyalahkan pemerintah sepenuhnya. Dalam masalah demografi pemerintah telah menjalankan program transmigrasi sejak 1950, namun sampai sekarang program tersebut masih belum bisa dioptimalkan dan pertumbuhan penduduk masih tetap terkonsentrasi di Jawa.
Disisi lain tumbuhnya pabrik-pabrik lokal maupun asing di Indonesia juga berdampak pada bertambahnya lapangan pekerjaan sehingga pertumbuhan ekonomipun otomatis juga akan meningkat. Tapi yang mengecewakan ketika beberapa pabrik-pabrik tersebut tidak menghiraukan kelestarian lingkungan alam dengan membuang limbah cair ke sungai tanpa proses pengelolaan limbah yang berwawasan lingkungan. Hal ini akan merugikan manusia dan juga ekosistem di sekitar lingkungan tersebut. Salah satu hal yang diupayakan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif tersebut adalah dengan cara memusatkan pabrik-pabrik dalam satu kawasan yang disebut kawasan industri. Di Indonesia ada banyak kawasan industri, misalnya kawasan industri gresik, kawasan industri rungkut dan masih banyak lagi. Langkah ini dirasa efektif dalam mengurangi kerusakan lingkungan alam karena industri-industri besar dipusatkan dalam satu wilayah dan otomatis polusi yang dihasilkan tidak akan menyebar samppai permukiman penduduk. Biasanya suatu kawasan industri dilengkapi oleh sistem pengolah limbah, jadi dengan adanya sistem tersebut dampak negatif tersebut bisa diminimalkan.
Sumber daya alam atau SDA adalah tulang punggung perekonomian suatu negara. Berbagai cara dilakukan untuk memanfaatkan SDA yang ada sebagai langkah untuk memakmurkan rakyat negara tersebut. Ada sebuah istilah ” Mania Pertumbuhan ” yang merupakan sikap kejiwaan yang semata-mata gandrung pada pertumbuhan dan sekarang hal itu sedang menyelimuti Indonesia. Birokrasi Indonesia yang mengidap sindrom Mania Pertumbuhan ini melakukan segala cara agar bisa menggenjot laju pertumbuhan perekonomian Indonesia. Mulai dari masalah akan dibuka ladang kelapa sawit baru diatas tanah gambut. Secara ekonomis, memang hal itu akan menambah kuantitas ekspor Indonesia ke pangsa pasar internasional. Namun jika hal itu akan direalisasikan maka sama saja Indonesia dengan mengingkari Protokol Kyoto. Hutan Tropis Kalimantan adalah salah satu paru-paru Indonesia dan dunia pada umumnya, tapi hal tersebut berubah ketika lahan gambut terbakar (dibakar) dan seketika paru-paru Indonesia tersebut menjadi penyumbang polusi terbesar dan penyebab efek rumah kaca bagi dunia. Terbakarnya lahan gambut tidak hanya membuat resah masyarakat di Kalimantan, namun tidak jarang masyarakat Riau bahkan negara tetanggapun terganggu dengan hal ini.
Dari sekilas masalah tadi, ternyata para birokrat tanah air ini masih terjerat dengan jerat ideologi yang dikumandangkan oleh JJ.Rostow. Rostow menjelaskan bahwa ada tiga tahapan dalam pembangunan perekonomian. Pertama ” Underdevelopment “, ” Take Off ” dan ” Mass Consumption ” sebagai tingkat tertinggi. Jika ditempatkan pada salah satu indikator tersebut maka Indonesia masih dalam masa “Underdevelopment” selama 65 tahun ini.
Dalam mengatasi masalah yang kompleks dan saling terkait ini memang cukup sulit. Spesialisasi produksi suatu produsen mungkin bisa meminimalisasi masalah lingkungan hidup dan mania pertumbuhan di Indonesia ini. Indonesia tidak berdiri sendiri di Bumi ini melainkan masih banyak negara lain yang bisa diajak untuk melakukan trading untuk komoditas-komoditas yang memiliki keuntungan komperatif.
Khusus untuk mengatasi masalah lingkungan hidup. Pemerintah membuat Undang-undang no.23 tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, tetapi kita juga harus mengawasi dan menjalankan UU tersebut sebagai pedoman etika bergaul dengan lingkungan hidup karena kita tidak bisa hidup jika kita tidak bersahabat dengan lingkungan alam kita. Mulailah dengan satu orang satu pohon , Bike to Work, Slient World Days dan banya hal yang bisa anda lakukan demi lingkungan hidup yang bersahabat dengan kita.
Artikel ini didedikasikan bagi orang yang peduli akan nasib anak cucu kita dimasa mendatang.
Mohon maaf jika ada kesalahan.
Mohon bantuan untuk koreksi artikel ini. Terima kasih para pembaca peduli lingkungan.
Save our environment..!!!

Percepatan Pembangunan Ekonomi Menambah Kerusakan Lingkungan     Rencana Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) yang diusung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  dinilai hanya akan menambah kerusakan lingkungan.

Menteri Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan, perlu kehati-hatian dalam memberikan izin lahan untuk program ini. Untuk itu, KLH bersama dengan Kementerian Kesejahteraan Rakyat akan mengkaji terlebih dahulu pemberian izin pembukaan lahan.
“Kita lagi berpikir keras soal itu. Pertumbuhan ekonomi yang tujuh puluh persen tetap kita upayakan, tetapi harus memperhatikan lingkungan. Kita ada di bawah koordinator Menteri Kesra. Kita selalu menyampaikan itu kembali. Kita boleh berpacu pada perkembangan ekonomi, tetapi kita harus memperhatrikan lingkungan. Jadi izin-izin segala macam kita harus hati-hati. Misalnya ada penambahan produksi, ini kami harus hati hati dalam hal itu. Kita tidak boleh sembarang. Kecuali amdalnya harus baik terlebih dahulu,” kata Balthasar.
Balthasar Kambuaya menambahkan, dalam satu tahun terakhir ini, kerusakan lingkungan di beberapa wilayah seperti Sumatera dan Kalimantan terus bertambah. Kementerian LH juga meminta pemerintah daerah mengawasi ekstra ketat terhadap pemberian izin pembukaan lahan untuk industri.

Pembangunan Ekonomi Perparah Kerusakan Lingkungan
Posted - Rabu, 20 Juli 2011 00:09 am oleh : marwan
thumbnailSolo,-Pilar pembangunan berkelanjutan meski digagas 21 tahun yang lalu (1992), yang dikenal dengan Agenda 21, sebuah  kesepakan global  yang mengintegrasikan 3 pilar pembungunan  yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sayangnya dalam tahap impelementasi tak sepenuhnya bisa dilaksanakan. Bahkan menurut pengakuan Sha Zukang dari UN-DESA, tak ada satu pun Negara di dunia yang mengintergasikan tiga pilar pembangunan berlanjutan. Orentasi pembangunan lebih banyak diarahkan pada pemenuhan kepentingan ekonomi, sekalipun mengorbankan aspek sosial dan keseimbangan lingkungan. Akibatnya, laju perusakan lingkungan berjalan massif, bencana pun bermunculan dimana-mana.

"Pembangunan ekonomi yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam telah menyebabkan krisis yang berdampak pada lingkungan. Masyarakat miskin di negara berkembang yang pembangunannya masih belum merata, sangat merasakan dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kebutuhan sosial masyarakatnya dan mengabaikan dimensi lingkungan,"kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia, Gusti Hatta saat membuka acara High Level Dialogue on The Institutional Framework for Sustainable Development (HLD IFSD) atau Dialog Tingkat Tinggi Kerangka Internasional Pembangunan Berkelanjutan di Hotel Lor In, Solo (19/7).

"Kita memerlukan strategi bersama dalam upaya penanganan pembangunan berkelanjutan yang mendorong keseimbangan di antara negara maju dan negara berkembang, dan tetap mengedepankan prinsip keadilan,"ujarnya.

Pembangunan ekonomi melalui industrialisasi telah membawa kesejahteraan bagi banyak bangsa, namun juga telah berdampak besar pada sistem ekologi dunia. Bila efek ini berlanjut akan mengancam generasi yang akan datang. Sistem ekologi yang sangat diperlukan untuk kenyamanan hidup manusia “Saat ini berada dalam situasi krisis besar. Kita merasakan sendiri akibat buruk dari pencemaran udara dan air, dan pemanasan global. Kita juga menyaksikan punahnya satwa langka dan terancamnya keanekaragaman hayati. Limbah industri  telah menjadi ancaman serius bagi kelestarian tanah, udara dan air,”paparnya.

“Daftar panjang kerusakan lingkungan hidup di berbagai belahan dunia menunjukkan bukti kuat, bahwa kita harus berbuat sesuatu untuk mencegah berlanjutnya pengrusakan tersebut, dan sekaligus untuk menekankan bahwa kita tidak dapat menunda lagi untuk melakukan aksi kongkrit tersebut. Sekaranglah saatnya. The time is now,”tandasnya.

Menurut Gusti, pembangunan ekonomi harus dilakukan dengan sangat cermat, berorientasi pada tujuan-tujuan sosial dan mengedepankan prinsip kehati-hatian supaya tidak berdampak buruk pada lingkungan hidup manusia. (Marwan Azis).

Comments
0 Comments

No comments: