Karakter
bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Allport memandang
kepribadian manusia sebagai sesuatu yang dinamis. Artinya, kepribadian manusia
terus bergerak dan berkembang tidak berhenti atau berhenti pada suatu titik.
Disini terkandung pengertian bahwa baik faktor internal diri manusia maupun
faktor lingkungannya mempengaruhi kepribadian manusia.
Manusia
memiliki otonomi dalam dirinya, tetapi ia juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tiga kepribadian menurut Allport menyangkut kepribadian. Pertama, kepribadian
sebagai perpaduan dari sifat mayor dan minor yang berdiri sendiri. Kedua, sifat
kepribadian merupakan mekanisme
paduan antara faktor biologis, psikologis, dan sosial yang mengarahkan individu
kepada kegiatan spesifik dalam keadaan spesifik. Ketiga, seorang ahli psikologi
mengatakan bahwa dirinya memahami orang lain hanya jika keseluruhan hidup orang
itu telah ditelitinya.
Allport
melihat manusia sebagai keseluruhan yang utuh. Oleh karena itu, dalam memahami
kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya,
ambisi, cita-cita, karakter, motif, dan sifatnya serta keterkaitan dalam pembentukan kepribadiannya. Allport
mendefinisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter
adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan
dengan nilai dan norma tertentu.
Peterson dan
Seligman mengemukaan tiga level konseptual dari karakter, yaitu keutamaan,
kekuatan dan tema situasional. Keutamaan berada di level atas, kekuatan di
level tengah, dan tema situasional karakter di bawah. Keutamaan merupakan
karakteristik utama dari karakter. Berbagai perilaku dinilai berdasarkan
keutamaan yang secara umum terdiri dari: kebijaksanaan, kesatriaan, kemanusiaan, keadilan, pengelolaan diri, dan
transendensi. Enam keutamaan ini harus ada di atas batas nilai standar pada individu.
Kekuatan
karakter adalah proses yang mendefinisikan keutamaan. Artinya, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan
karakter. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang
mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter. Tema situasional dapat
muncul dalam lingkungan yang meluasakan individu tampil apa adanya, jujur dan
tulus, dan dari sini dapat dipahami bahwa lingkungan berperan dalam munculnya
kekuatan karakter.
Peterson dan
Seligman mengemukakan kriteria yang kuat sehingga kita dapat mengenalinya dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut adalah kriteria dari karakter yang kuat. Karakter yang ciri-cirinya memberikan sumbangan terhadap
pembentukan kehidupan yang baik. Ciri-ciri yang
dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik, bahkan meski tiada keuntungan yang dihasilkan. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu orang di sekitarnya.
Kekuatan karakter tampil dalam pikiran, perasaan, dan tindakan.
Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri yang berlawanan. Kekuatan karakter diwadahi oleh kerangka pikir ideal. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif lain.
Pembentukan
karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. Pada akhirnya,
orang dengan karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan
memberi sumbangan positif kepada masyarakat. Seligman menyebutkan tiga
kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan, mengetahui kekuatan
tertinggi, dan menggunakannya untuk melayani sesuatu
yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri.
Perpaduan
dari tiga kebahagiaan dan keutamaan karakter merupakan bahan dari pendidikan
karakter. Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter, maka
seharusnya dicamkan bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan karakter. Tetapi
belakangan pendidikan seperti dipisahkan dari pembentukan karakter sehingga
diperlukan usaha untuk menyelenggarakan pendidikan karakter sebelum pembentukan
karakter menjadi inti dari pendidikan.