Sunday 29 June 2014

Melihat Pilpres dari Sudut Toleransi Beragama



Pemilu tinggal hitungan hari. Melihat kandidat capres-cawapres yang ada sekarang, jujur saya gak begitu tertarik. Tapi apa boleh buat. Hanya ada mereka yang bisa dipilih. Mereka lah hasil seleksi sistem demokrasi kita. Sistem demokrasi yang katanya semua berhak memilih dan dipilih tapi ujung-ujunnya ada saja syarat harus orang partai lah, harus inilah, harus itulah. Apa ini yang dikatakan demokrasi?

Demokrasi kita sekarang sudah semrawut. Lihat saja black campaign dan negative campaign marak terjadi. Si A jelek-jelekin si B. Si B juga jelek-jelekin si A. Yang satu nyerang pake isu tragedi tahun 98 dan yang satunya lagi lewat kecerobohan menjual saham satelit telekomunikasi. Yang menyerang seolah paling benar dan yang di serang adalah orang yang salah. Apa ini hasil demokrasi kita?

Atau masih ingat dengan salah satu jendral TNI yang melakukan serangan lewatan surat pemberhentian salah satu kandidat dari TNI. Tindakan bodoh salah satu jendral itu sampai memicu keributan antarjendral. Apa ini demokrasi?

Parahnya lagi, media massa-media massa di Indonesia sekarang sudah jauh dari kata netral. Salah satu kandidat digambarkan seolah-olah sosok yang sederhana dan merakyat sedangkan kandidat lain digambarkan nasionalis dan tegas.

Bullshit dengan semua itu

Di tengah demokrasi yang sudah amat bobrok ini, tidak ada lagi yang bisa dipercaya sepenuhnya. Demokrasi telah menghalalkan segala cara untuk menyerang. Termasuk cara-cara curang asal tidak ketahuan.

Entah siapa yang benar dan siapa yang salah.

Tapi kita yang telah memiliki hak suara sepantasnyalah kita menggunakannya. Seburuk apapun pemerintahan yang penting pemerintahan itu ada sehingga negara bisa dijalankan.

Lantas, bagaimana?

Terlalu naif rasanya bila kita jauh-jauh berbicara soal visi misi dan segala tetek bengek tentangnya. Banyak masyarakat kita itu merupakan masyarakat awam. Terlalu jauh bagi mereka untuk bicara soal visi misi.

Cara gampangnya adalah kita lihat saja siapa yang ada di belakang para kandidat. Kita lihat siapa yang mendukung mereka.

Perlu diingat, empat dari lima partai Islam mendukung salah satu kandidat. Hanya satu yang mendukung kandidat lain.

Artinya apa? Kalau kalian mau negara ini berjalan dengan aman, tidak terusik oleh pihak asing yang ingin menguasai negara kita, kita bisa menjalankan agama dengan tenang, toleransi beragama berjalan dengan baik. Tolong, pilihlah yang telah dipilih oleh para ulama kita.

Lihatlah negara-negara di luar sana. Ketika islam ada di atas, toleransi beragama berjalan dengan baik tapi ketika Islam menjadi minoritas, yang ada justru intervensi dalam agama.

Semoga saja calon wakil presiden kita berasal dari partai Islam dan dengan dukungan dari partai-partai Islam membuat kita bisa berharap banyak bahwa pemerintahan lima tahun ke depan di isi oleh orang-orang dengan background agama yang kuat sehingga toleransi beragama tetap berjalan dengan baik. Tanpa diajarkan toleransi sekalipun, Islam telah tahu bagaimana menghargai orang lain.

Tolong pikirkanlah baik-baik. Datanglah ke TPS untuk menentukan pilihan. Pilih bukan dengan hati tapi dengan otak. Berpikirlah rasional dan logis untuk masa depan negeri ini yang lebih baik bukan justru lebih buruk.
Comments
0 Comments

No comments: