Pemilu tinggal hitungan hari. Melihat kandidat
capres-cawapres yang ada sekarang, jujur saya gak begitu tertarik. Tapi apa
boleh buat. Hanya ada mereka yang bisa dipilih. Mereka lah hasil seleksi sistem
demokrasi kita. Sistem demokrasi yang katanya semua berhak memilih dan dipilih
tapi ujung-ujunnya ada saja syarat harus orang partai lah, harus inilah, harus
itulah. Apa ini yang dikatakan demokrasi?
Demokrasi kita sekarang sudah semrawut. Lihat saja black campaign dan negative campaign marak terjadi. Si A jelek-jelekin si B. Si B juga
jelek-jelekin si A. Yang satu nyerang pake isu tragedi tahun 98 dan yang
satunya lagi lewat kecerobohan menjual saham satelit telekomunikasi. Yang menyerang
seolah paling benar dan yang di serang adalah orang yang salah. Apa ini hasil
demokrasi kita?
Atau masih ingat dengan salah satu jendral TNI yang
melakukan serangan lewatan surat pemberhentian salah satu kandidat dari TNI. Tindakan
bodoh salah satu jendral itu sampai memicu keributan antarjendral. Apa ini
demokrasi?
Parahnya lagi, media massa-media massa di Indonesia sekarang
sudah jauh dari kata netral. Salah satu kandidat digambarkan seolah-olah sosok
yang sederhana dan merakyat sedangkan kandidat lain digambarkan nasionalis dan
tegas.
Bullshit dengan semua itu
Di tengah demokrasi yang sudah amat bobrok ini, tidak ada
lagi yang bisa dipercaya sepenuhnya. Demokrasi telah menghalalkan segala cara
untuk menyerang. Termasuk cara-cara curang asal tidak ketahuan.
Entah siapa yang benar dan siapa yang salah.
Tapi kita yang telah memiliki hak suara sepantasnyalah kita
menggunakannya. Seburuk apapun pemerintahan yang penting pemerintahan itu ada
sehingga negara bisa dijalankan.
Lantas, bagaimana?
Terlalu naif rasanya bila kita jauh-jauh berbicara soal visi
misi dan segala tetek bengek tentangnya. Banyak masyarakat kita itu merupakan
masyarakat awam. Terlalu jauh bagi mereka untuk bicara soal visi misi.
Cara gampangnya adalah kita lihat saja siapa yang ada di
belakang para kandidat. Kita lihat siapa yang mendukung mereka.
Perlu diingat, empat dari lima partai Islam mendukung salah
satu kandidat. Hanya satu yang mendukung kandidat lain.
Artinya apa? Kalau kalian mau negara ini berjalan dengan
aman, tidak terusik oleh pihak asing yang ingin menguasai negara kita, kita
bisa menjalankan agama dengan tenang, toleransi beragama berjalan dengan baik. Tolong,
pilihlah yang telah dipilih oleh para ulama kita.
Lihatlah negara-negara di luar sana. Ketika islam ada di
atas, toleransi beragama berjalan dengan baik tapi ketika Islam menjadi
minoritas, yang ada justru intervensi dalam agama.
Semoga saja calon wakil presiden kita berasal dari partai
Islam dan dengan dukungan dari partai-partai Islam membuat kita bisa berharap
banyak bahwa pemerintahan lima tahun ke depan di isi oleh orang-orang dengan
background agama yang kuat sehingga toleransi beragama tetap berjalan dengan
baik. Tanpa diajarkan toleransi sekalipun, Islam telah tahu bagaimana
menghargai orang lain.
Tolong pikirkanlah baik-baik. Datanglah ke TPS untuk
menentukan pilihan. Pilih bukan dengan hati tapi dengan otak. Berpikirlah rasional
dan logis untuk masa depan negeri ini yang lebih baik bukan justru lebih buruk.